Minggu, 23 Desember 2012

Kanker Lambung



Kanker lambung adalah penyakit kanker yang ada di perut, berasal dari sel epitel dinding perut, dapat terjadi berbagai bagian perut (daerah antral pylorus paling banyak, diikuti oleh daerah fundic lambung kardia, lambung sedikit lebih kecil), invasi ke dalam dan berbagai bagian lambung.
  Tingkat kejadian kanker lambung di dunia setiap tahunnya 17.6/10, Jepang, Denmark dan Negara lainnya memiliki prevalansi lebih tinggi, Amerika dan Australia mempunyai tingkat yang lebih rendah, perbandingan pria dan wanita sekitar 3:1, usia paling rentan adalah usia 50 tahun~60 tahun.
 
Resiko Paling Umum 
  1. faktor lingkungan: di berbagai wilayah, tingkat kejadian kanker lambung berbeda.
  2. faktor makanan: kadaluarsa makanan, makanan yang tidak baik, sayur asin, ikan dan daging yang diawetkan, konsumsi garam yang terlalu banyak, dapat meningkatkan resiko terkena kanker lambung.
  3. faktor genetik: menurut survei epidemiologi kanker lambung lebih cenderung disebabkan oleh faktor genetik.
  4. faktor kekebalan tubuh, pada kanker lambung, fungsi kekebalan tubuh memiliki prevelansi lebih tinggi.
 
 Gejala awal kanker lambung
  1. sakit perut: merupakan gejala kanker lambung yang paling umum. Diawali dengan sakit yang berselang, biasanya terdiagnosis sakit maag.
  2. bagian atas perut terasa tiddak nyaman: terasa penuh atau terasa terbakar. Untuk sementara waktu bisa ilang, lalu berulang lagi.
  3. nafsu makan menurun, bersendawa dan gangguan pencernaan: merasa kenyang dan menurunkan asupan makanan, biasanya disertai dengan sendawa berulang-ulang.
  4. kotoran berwarna hitam atau positif okultisme kotoran yang berdarah: jika tidak mengkonsumsi darah babi yang dibentuk seperti tahu, makanan yang mengandung bismuth, tapi mengeluarkan kotoran yang berwarna hitam, segera lakukan pemeriksaan di rumah sakit.
  5. kelelahan, penurunan berat badan dan anemia: ini adalah gejala umum kanker lambung. Pasien sering mengalami anoreksia, kehilangan darah di saluran pencernaan, mudah lelah dan lemas.


 Diagnosis Kanker Lambung 

    Tes darah rutin menunjukkan anemia atau kekurangan sel darah merah meningkatkan kecurigaan dokter. Penemuan jelek lain adanya darah dalam tinja.

    Pemeriksaan sinar-x barium meal mampu mendeteksi kanker perut. Dalam pemeriksaan ini, pasien menelan cairan yang mengandung barium. Sinar X kemudian diambil untuk menegaskan garis besar dinding lambung. Ulkus dan benjolan dapat dideteksi. Endoskopi atau memasukan teropong serat optik ke dalam perut melalui mulut kemudian diperlukan sehingga biopsi dapat diambil. Meskipun tidak nyaman, prosedur ini hanya berlangsung sekitar 10 hingga 20 menit. Ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan di bawah anestesi ringan. Biopsi atau pengangkatan sejumlah kecil jaringan, yang kemudian diperiksa di bawah mikroskop, akan menunjukkan jika ulkus atau benjolan tersebut bersifat kanker atau non-kanker. Endoskopi umumnya lebih akurat daripada pemeriksaan sinar X barium meal.
Setelah kanker perut didiagnosis, sinar X dada dan CT scan perut diperlukan untuk melihat apakah kanker telah menyebar ke tempat lain.



Pengobatan


1. Pembedahan 
        Metode kuratif satu-satunya yang efektif dalam pengobatan kanker perut. Bahkan pada pasien tertentu dengan kanker perut lanjutan, operasi dilakukan untuk mengurangi komplikasi kanker seperti penyumbatan lambung atau perdarahan kanker.

2. Radioterapi 
       Berguna untuk menghilangkan obstruksi lambung pada pasien dengan kanker perut lanjutan. Radioterapi juga dapat digunakan untuk menghentikan perdarahan kanker yang tidak dapat dioperasi. Radiasi diberikan selama 5 menit setiap hari selama 2 hingga 5 minggu. Mungkin terjadi kehilangan nafsu makan sementara, mual, dan nyeri di tempat yang diradiasi.

3. Kemoterapi 
       Digunakan untuk mengurangi gejala dari kanker lanjutan atau untuk mengulur waktu pertumbuhan kanker. Banyak obat kemoterapi yang tersedia, sebagian besar dari mereka dengan efek samping seperti mual sementara, muntah, rambut rontok, dan penurunan jumlah sel darah putih. Sebagai alternatif, uji klinis dengan obat baru biasanya tersedia sebagai pilihan bagi pasien.
Untuk kanker perut yang sudah diangkat, kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi diberikan untuk mengurangi kesempatan kanker berulang dan untuk meningkatkan kemungkinan kelangsungan hidup.



Pencegahan


Ikuti diet dengan banyak buah dan sayuran, dan asupan rendah garam. Hindari merokok dan perokok pasif.




sumber :
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-topics/stomach-cancer/
http://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Conditions/Pages/stomach-cancer.aspx
http://kankerlambung.org/



Hipertiroid


  1. DEFINISI
            Hipertiroid adalah suatu keadaan hipermetabolik disebut juga tirotoksikosis, terjadi akibat kelebihan sekresi tiroksin (T4) atau triiodo-tironin (T3). (Barbara, C. Long, 1996: 265). Hipertiroid adalah kadar HT dalam darah yang berlebihan.(Corwin, 2000: 263). Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan  metabolik  yang merupakan akibat dari produksi hormone tiroid yang berlebihan. (Doenges, M. E, 2000: 708). Hipertiroidadalah keadaan di mana kadar hormone tiroid yang berlebihan dan terlalu aktif. Hipertiroidisme adalah keadaan di mana produksi hormon tiroksin berlebihan. (Ranakusuma, A. B, 1992: 24-25). Hyperthiroidism is characterized by overactivity of the thyroid gland, hipersecretion of thyroid hormone, and increased body metabolism and heat production. (Luckman and Sorenson’s, 1993: 1809).


  1. ETIOLOGI

         Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negative HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar HT dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negative dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. (Corwin, J. E, 2000: 263).
Lebih dari 90% hipertiroidisme adalah penyakit Graves dan nodul tiroid toksik. Ada berbagai hal yang menjadi penyebab hipertiroid, antara lain:
Biasa                         Penyakit Graves
Nodul tiroid toksik: multinodular dan mononodular toksik
Tiroiditis
Tidak biasa             Hipertiroidisme neonatal
Hipertiroidisme faktisius
Sekresi TSH yang tidak tepat oleh hipofisis: tumor, nontumor (syndrome resistensi hormone tiroid)
Yodium eksogen.
Jarang                      Metastasis kanker tiroid
Koriokarsinoma dan mola hidatidosa
Struma ovarii
Karsinoma testicular embrional
Pilyostotic fibrous dysplasia (Sindrom Mc-Cune-Albright)
(Mansjoer, A, 1999: 594)


  1. KLASIFIKASI

  1. Penyakit Grave’s- Grave’s ialah nama orang yang pertama menemui penyakit ini. Penyakit Grave’s merupakan penyebab tersering hipertiroidisme merupakan suatu penyakit otoimun yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Otoantibodi IgG ini yang disebut immunoglobulin perangsang tiroid (Thyroid-Stimulating Immunoglobulin), meningkatkan pembenukan HT.Badan pesakit yang mengalami hipertiroidisme selalu akan mengeluarkan antibody, yang kemudian akan merangsang kelenjar tiroid untuk menjadi aktif. Penyebab penyakit Grave’s tidak diketahui, namun tampaknya terdapat predisposisi genetic terhadap penyakit otoimun. Penyakit Graves biasanya terjadi pada usia sekitar 30-40 tahun dan lebih sering ditemukan pada wanita daripada pria.

  1. Penyakit multi nodular goiter
Keadaan di mana wujud nodul pada tiroid dan berfungsi sama ada secara aktif, normal atau tidak aktif langsung.
  1. Adenoma toksik
Wujud satu nodul saja pada tiroid tetapi nodul itu aktif dan mengeluarkan hormone berlebih.



  1. ANATOMI PATOLOGI

        Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar getah bening yang terletak di daerah leher, berdekatan dengan nervus laryngeus rekurrens dan kelenjar paratiroid. Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dan terberat dibandingkan kelenjar lainnya.Terdiri dari dua bagian dengan berat kira-kira 20-30 gram. Kelenjar tiroid ini kaya pembuluh darah dan terdapat sistem limfatik yang berada di dalam kelenjar. Terdapat kedua susunan saraf otonom, akan tetapi saraf simpatik lebih berperan. Sel yang mendominasi kelenjar ini adalah sel folikel. Hormon yang diproduksi adalah tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Produksi hormon ini tergantung pada stimulasi dari tirotropin stimulatinghormon (TSH) yang berasal dari hipofisis, di samping hormon ini kelenjar tiroid masih memproduksi tiroglobulin. Sifat hormon T3 dan T4  adalah meningkatkan  metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.



 5. MANIFESTASI KLINIS

Pada umumnya gejala klinik berupa:
  1. Gangguan kardiopulmoner seperti:
  • § Berdebar-debar
  • § Hipertensi sistolik
  • § Tekanan nadi meningkat
  • § Kadang-kadang disertai sesak nafas

  1. gangguan gastrointestinal
  • Selera makan semakin bertambah
  • Berat badan mulai menurun
  • Kerap buang air besar/diare
  • Malabsorpsi
  • Sering berpeluh/berkeringat karena metabolisme meningkat

  1. Gangguan saraf dan neuromuskular oleh kelebihan tiroksin
  • Emosi labil
  • Rasa gelisah
  • Susah tidur
  • Hiperkinetik (banyak bergerak)
  • Lumpuh kaki, terutama di kalangan laki-laki.
  • Penglihatan terjejas karena saraf mata tertekan
  • Menggeletar jari tangan
  • Mata melotot/bola mata menonjol terjadi akibat pembengkakan otot dan jaringan lemak di sekitar mata.

  1. Kelainan kulit
  • Biasanya kulit menjadi hangat, lembab dan terdapat hiperpigmentasi
  • Kelainan pada jari tangan dan kulit pada depan betis

  1. Gangguan tulang, sering ditemukan fraktur terutama pada pasien lansia oleh karena reabsorpsi kalsium usus menurun dan resorpsi tulang meningkat.
  2. Gangguan sistem reproduksi
        Sering ditemukan menstruasi tidak teratur, infertilitas akan tetapi setelah hipertiroidisme terkendali lagi  sistem reproduksi bisa kembali normal.



6. PENGOBATAN
     Pengobatan hipertiroid dilaksanakan dengan tujuan untuk membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan.
Pengobatan yang dimaksud antara lain :

1.Obat anti-tiroid.
    Biasanya diberikan sekitar 18 - 24 bulan.
    Contoh : propil tio urasil (PTU), karbimazol.

2.Pemberian yodium radioaktif.

     Untuk pasien berumur 35 /lebih atau pasien yang hipertiroidnya kambuh setelah operasi.

3.Operasi Tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua ), dan untuk yang alergi terhadap obat / yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.




sumber :
 http://healthyenthusiast.com/hipertiroid.html
http://www.mediasehat.com/tanyajawab570


Senin, 17 Desember 2012

Epistaksis




Epistaksis adalah perdarahan yang keluar dari lubang hidung, rongga hidung dan
nasofaring. Disebabkan oleh kelainan  lokal maupun sistemik dan sumber perdarahan
yang paling sering adalah dari pleksus Kiessel-bach’s. Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan laboratorium dan radiologik. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan yang mana hampir 90 % dapat berhenti sendiri.
Prinsip penanggulangan epistaksis adalah menghentikan perarahan, mencegah komplikasi dan kekambuhan.


Epistaksis terbanyak dijumpai pada usia 2-10 tahun dan 50-80 tahun, sering dijumpai pada musim dingin dan kering. Di Amerika Serikat angka kejadian epistaksis dijumpai 1 dari 7 penduduk. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan wanita. Epistaksis bagian anterior sangat umum dijumpai pada anak dan dewasa muda, sementara  epistaksis posterior sering pada orang tua dengan riwayat penyakit hipertensi atau arteriosklerosis.



PATOFISIOLOGI 

Pemeriksaan arteri kecil dan sedang pada  orang yang berusia menengah dan lanjut, terlihat perubahan progresif dari  otot pembuluh darah tunika media menjadi jaringan kolagen. Perubahan tersebut bervariasi dari fibrosis interstitial sampai perubahan yang komplet menjadi jaringan parut. Perubahan tersebut memperlihatkan gagalnya kontraksi pembuluh darah karena hilangnya otot tunika media sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak dan lama.  Pada orang yang lebih muda, pemeriksaan di lokasi perdarahan setelah terjadinya epistaksis memperlihatkan area yang tipis dan lemah. Kelemahan dinding pembuluh darah ini disebabkan oleh iskemia lokal  atau trauma.






Berdasarkan lokasinya epistaksis dibagi atas beberapa bagian, yaitu:
1.    Epistaksis anterior
           Merupakan jenis  epistaksis  yang  paling sering dijumpai terutama pada anak-anak
dan biasanya dapat berhenti sendiri. Perdarahan  pada  lokasi  ini  bersumber  dari  pleksus Kiesselbach (little area), yaitu anastomosis dari beberapa pembuluh darah di septum bagian anterior tepat di ujung
postero superior vestibulum nasi.



2.    Epistaksis posterior
Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior. Pendarahan biasanya hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi,
arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler.
Thornton (2005) melaporkan 81% epistaksis posterior berasal dari dinding nasal lateral.

 




ETIOLOGI  
Epistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan misalnya mengeluarkan ingus dengan kuat, bersin, mengorek hidung atau akibat trauma yang hebat seperti kecelakaan lalulintas. Disamping itu juga dapat desebabkan oleh iritasi gas yang merangsang, benda asing dan trauma pada pembedahan. Infeksi hidung dan sinus
paranasal seperti rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik seperti lupus, sifilis dan lepra dapat juga menimbulkan  epistaksis. Epistaksis berat dapat terjadi pada tumor seperti hemangioma, karsinoma dan angiofibroma.



DIAGNOSIS 
Anamnesis dan menentukan lokasi sumber perdarahan serta menemukan penyebabnya harus segera dilakukan. Perdarahan dari bagian anterior kavum nasi biasanya akibat mencungkil hidung, epistaksis idiopatik, rinitis anterior dan penyakit infeksi. Sedangkan dari bagian posterior atau media biasanya akibat hipertensi, arteriosklerosis, fraktur atau tumor.



Perawatan Epistaksis
  1. 1. Duduk dengan kepala agak condong kedepan, jangan menunduk kerena dapat menyebabkan darah keluar semakin deras dari hidung.
  1. 2. Jepit lubang hidung dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Lakukan selama 5 menit dan jangan dilepaskan.
  1. 3. Bernapas melalui mulut.
  1. 4. Kompres hidung menggunakan kain yang dicelupkan kedalam air es.
  1. 5. Cuci bersih daun sirih, lumatkan.
  1. 6. Gulung sirih untuk menyubat hidung yang berdarah.




  Bila mimisan hebat , berkepanjangan  dan tidak berhenti setelah dilakukan pertolongan pertama
seperti disebutkan diatas (lebih dari 15 menit), hendaklah penderita segera dibawa ke dokter
karena kehilangan darah yang berlebihan bisa  membahayakan jiwa. Dokter akan  menanyakan
riwayat kesehatan, perdarahan, obat-2an yang digunakan, kemudian melakukan pemeriksaan
hidung secara teliti untuk mengetahui lokasi dari sumber perdarahan dan tentunya pemeriksaan
fisik secara umum untuk mencari adanya penyakit diluar ‘hidung’. 
Tindakan yang mungkin dilakukan tenaga medis untuk menghentikan mimisan  :
1.Pemasangan tampon rongga hidung
2.Kauterisasi pembuluh darah
3.Metoda lainnya seperti :
a. Cryotherapy — Using cold temperature to freeze the site of bleeding
b. Laser therapy — Using a laser beam to seal the bleeding blood vessel
c. Embolization — Injecting a special plug into the bleeding vessel to block blood flow
d. Surgery

Mencegah mimisan
·Jangan mengorek hidung, terutama bila kuku panjang 
·Jangan terlalu keras bila sisih (mengeluarkan lendir dari hidung)
·Menggunakan humidifier dalam ruangan selama winter
·Menggunakan semprot hidung berisi saline (over the counter) sebelum tidur
·Oleskan Vaseline/petroleum jelly dekat lubang hidung sebelum tidur
·Menghindari trauma pada wajah 
·Menggunakan masker bila bekerja di laboratorium untuk menghindari menghirup zat-zat kimia
secara langsung
·Hindari asap rokok karena asap dapat mengeringkan dan mengiritasi mukosa 
·Jika menderita alergi berikan obat antialergi untuk mengurangi gatal pada hidung
·Stop pemakaian aspirin karena akan memudahkan terjadinya mimisan dan membuat mimisan
berkepanjangan

Sources
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20688/1/mkn-sep2006-%20sup%20(15).pdf
http://sister.imsa.us/index.php?view=article&catid=52&id=114%3Amimisan-epistaksis&format=pdf&option=com_content&Itemid=97
http://tanamanherba.com/uncategorized/penyakit-mimisan.html